- Beranda

ads

Kretek, Martabat Indonesia sejak Masa Kolonial

Judul Buku: Kretek Indonesia; Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya
Penulis          : S Margana dkk
Penerbit    : Jurusan Sejarah FIB UGM dan Puskindo UMK
Tahun Terbit : Cet I, 2014
Jumlah Halaman: 316 & xv 

BANYAK buku mengenai kretek dan Industri Hasil Tembakau (IHT) yang lahir, baik yang diterbitkan oleh pihak (kelompok) yang pro maupun kontra (anti) terhadap kretek. Namun buku mengenai kretek yang satu ini sungguh sangat berbeda.
Ditulis dengan riset yang cukup melelahkan oleh tim dari Pusat Studi Kretek Indonesia (Puskindo) bekerjasama dengan Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), karena penggalian datanya dilakukan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di Belanda.
Dimulai dengan pembahasan mengenai “Kretek: Nasionalisme dan Kemandirian Ekonomi”,  dilanjutkan dengan pembahasan seputar “Kretek: Dimensi Sosial dan Budaya”, dan dilengkapi “Esai-Esai Kebudayaan” di bagian akhir, menjadikan buku ini kaya akan informasi mengenai kretek yang belum banyak diungkap –untuk tidak mengatakan tidak ada- oleh penulis dan peneliti lain.
Buku ini hadir dengan memaparkan secara apik bagaimana peran kretek dan IHT bagi masyarakat pribumi pada masa kolonial hingga saat ini. Direktur Pusat Studi Kebudayaan UGM, Dr. Aprinus Salam, mengapresiasi buku yang memaparkan data yang sangat kaya ini.
Dalam pengantarnya dia mengatakan, “ ... Buku ini membawa kita pada kesadaran bahwa mempelajari kretek berarti juga mempelajari sejarah pergerakan, revolusi Indonesia, dan sejarah perekonomian serta kehidupan sosial di (terutama) kota-kota Jawa”.
Ia berkesimpulan, sisi menarik buku Kretek Indonesia; Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya ini, karena mampu membangkitan sikap kritis dan optimisme terhadap kretek, di balik segala kontroversi dan dinamikanya.
Menariknya lagi, menurut pengakuan Uji Nugraha W, salah satu peneliti, kendati buku ini membahas soal kretek dan IHT, namun tidak semua peneliti (penulis) yang terlibat adalah perokok atau penghisap kretek, terlebih dua perempuan yang menjadi tim dalam penelitian dan penulisan buku ini.
Uji Nugraha W sendiri, memiliki analog yang cukup menarik mengenai kretek, khususnya pada masa kolonial. Dia menyebut kretek pada masa kolonial sebagai martabat ekonomi pribumi. Sebab, industri kretek sumber dayanya milik pribumi, pekerjanya orang pribumi, dan direkturnya juga orang pribumi.
Sri Margana, penulis yang juga Ketua Jurusan Sejarah FIB UGM, mengemukakan, bahwa sudah banyak buku tentang kretek yang terbit dengan mengulas banyak perspektif. Hanya saja, belum ada yang melihat dari sisi historis.
Inilah kelebihan buku Kretek Indonesia; Dari Nasionalisme hingga Warisan Budaya ini, yang tidak hanya menjadi buku wajib baca bagi mereka yang pro terhadap kretek dan IHT. Komunitas anti kretek pun perlu membacanya, agar tidak melihat kretek dan IHT secara sinis dan stigma negatif, tanpa mau melihat fakta (sejarah) tentang kretek yang ada. (drs)
Kretek, Martabat Indonesia sejak Masa Kolonial Kretek, Martabat Indonesia sejak Masa Kolonial Reviewed by IkiCahUMK on Rabu, Januari 13, 2016 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Promo

ads
Diberdayakan oleh Blogger.